Matematika merupakan buah pikir manusia yang kebenarannya
bersifat umum atau bisa juga di sebut deduktif. Kebenarannya tidak bergantung
pada metode ilmiah yang mengandung proses induktif. Kebenaran matematika pada
dasarnya bersifat koheren. Seperti yang di kenal dalam dunia ilmu, terdapat
tiga macam jenis kebenaran: 1) kebenaran koherensi atau konsistensi, yaitu
kebenara yang di dasarkan pada kebenaran, kebenaran yang telah di terima sebelumnya,
2) kebenaran korelasional, yaitu kebenaran yang di dasarkan pada
“kecocokan”dengan realitas atau kenyataan yang ada, serta 3) kebenaran
pragmatis, yaitu, kebenaran yang di dasarkan atas manfaat atau kegunaanya.
Walaupun matematika bukan produk metode ilmiah tetapi
kebenara matematika bersifat universal (tentu dalam semesta yang di bicarakan).
Ke universalan kebearan matematika menjadikan lebih “tinggi dari produk ilmiah
yang manapun juga matematika menjadi ratunya ilmu, sebab ia lebih penting dari
logika (mengutip pendapat Bertrand Russel) dan menjadi pelayan ilmu sebab
dengan matematika maka ilmu dapat berkembang jauh bahkan melebihi pemikiran
manusia.
Dalam suatu pembelajaran guru harus memprofesionalkan
pekerjaan guru maka filsafat pendidikan merupakan landasan berpijak yang
mutlak. Artinya, sebagai pekerja professional, tidaklah cukup bila seorang guru
hanya menguasai apa yang harus dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya. Kedua
penguasaan ini baru tercermin kompetensi seorang tukang dan sebaiknya guru
tidak boleh ragu dalam menerapkan proses pembelajarannya. Hal ini serupa dengan
ilmu praktis lainnya yang mikro dan makro. Seperti kedokteran, ekonomi, politik
dan hukum. Oleh karena itu pedagogic (dan telaah pendidikan mikro) serta
pedagogic praktis dan andragogi (dan telaah pendidikan makro) bukanlah filsafat
pendidikan yang terbatas menggunakan atau menerapkan telaah aliran filsafat
normative yang bersumber dari filsafat tertentu. Yang lebih diperlukan ialah
penerapan metode filsafah dalam menelaah hakikat peserta didik sebagai manusia
seutuhnya.
Implikasinya jelas bahwa batang tubuh ilmu
pendidikan haruslah sekurang-kurangnya secara mikro mencakup : Relasi sesama
manusia sebagai pendidik dengan terdidik, Pentingnya ilmu pendidikan
memepergunakan metode fenomenologi secara kualitatif. Orang dewasa yang
berperan sebagai pendidik (educator). Keberadaan anak manusia sebagai terdidik
(learner, student) Tujuan pendidikan (educational aims and objectives) Tindakan
dan proses pendidikan (educative process), dan Lingkungan dan lembaga
pendidikan (educational institution)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar