Pendidikan karakter dan penanaman nilai di Indonesia selama
ini masih di lakukan seacara parsial dan di anggap menjadi tanggung jawab dan
wewenang guru-guru tertentu. Penanaman nilai religious dominan guru agama,sedang
penanaman nilai moral ,toleransi,nasionalisme di serahkan pada guru ppkn. Guru
tersebut secara factual mempunyai keterbatasan untuk mengaitkan dangan konteks
kehidupan sehingga pendidikan karakter dan penanaman nilai relative kurang
berhasil.
Kurangnya penanaman nilai dan
karakter melalui pendekatan persial secara umum yaitu indikator yang sangat
nyata yaitu tawuran,penggunaan narkoba,pemerkosaan,pergaulan bebas.kenyata.an
seperti itu sudah cukup untuk menjadi alasan untuk memperbaiki sistem pendidikan
nasional yang sedang terpuruk. Penanaman karakter yang baik pada diri peserta
didik sangat perlu di lakukan serius dan upaya tersebut tidak hanya tugas guru
pendidikan agama saja,tetapi menjadi tugas dan tanggung jawab bersama, termasuk
guru matematika.
. Pembelajaran matematika dapat dipandang sebagai suatu
keadaan atau sifat atau bahkan nilai yang bersinergis dengan nilai-nilai
karakter. Matematika
sangat di harapkan menjadi sarana bagi pencapain tujuan ini yakni adanya
perubahan tingkah laku dan sikap kepada anak didik yang mana Nilai karakter yang ada pada
pembelajaran matematika adalah
terbentuk pribadi yang
berkarakter seperti jujur,kreatif,disiplin,rasa ingin tahu, mandiri,, dan kerja
keras, di samping kemampuan berfkir matematis yang berpijak pada pemikiran
logis dan sistematis, demikian pembelajaran matematika di harapkan tidak hanya
mampu mengantarkan siswa untuk berhasil memperoleh prestasi,tetapi di harapkan
pula adanya perubahan sikap dan karakter. Oleh
karena itu, tujuan pembelajaran bukan hanya untuk merubah perilaku siswa, namun
salah satunya adalah untuk membentuk karakter siswa dan bukan hanya semata pada
mempelajari substansi mata pelajaran. Karakter yang dimaksud di sini adalah kemampuan siswa dalam berpikir untuk
membedakan yang baik dan benar, mengalami emosi-emosi moral (bersalah, empati,
sadar diri), melibatkan diri dalam tindakan-tindakan (berbagi, berderma,
berbuat jujur), meyakini moralitas yang beradab dan bermartabat, dan
menunjukkan kejujuran, kebaikan hati, dan tanggung jawab (Kemdiknas, 2010).
Diharapkan seorang guru matematika dapat merancang
pembelajaran matematika sedemikian rupa, sehingga dapat membantu siswa dalam
mengembangkan sikap dan kemampuan intelektualnya, dan produk dari pembelajaran
matematika tampak pada pola pikir yang sistematis, kritis, kreatif, disiplin
diri, dan pribadi yang konsisten. Pengaruh pembelajaran matematika yang
dilakukan sebagian guru selama ini ternyata masih didominasi oleh pengenalan
rumus-rumus serta konsep-konsep secara verbal, tanpa ada dorongan untuk
mengoptimalkan potensi diri siswa, mengembangkan penalaran maupun
kreativitasnya. Lebih parahnya adalah adanya anggapan bahwa seolah-olah
pembelajaran matematika lepas dari pengembangan kepribadian siswa. Pembelajaran
matematika dianggap hanya menekankan faktor pengetahuan saja, padahal
pengembangan kepribadian sebagai bagian dari kecakapan hidup merupakan tugas
semua mata pelajaran di sekolah. Pembelajaran yang demikian menjauhkan siswa
dari sifat kemanusiaannya. Siswa seolah-olah dipandang sebagai robot atau
benda/alat yang dipersiapkan untuk mengerjakan atau menghasilkan sesuatu, tidak
peduli bentuk kepribadian apa yang berkembang dari diri seorang siswa.
Hal inilah yang diharapkan muncul
dari pemikiran seorang guru matematika, bagaimana seorang guru matematika dapat
mendesain pembelajaran matematika yang memungkinkan di dalamnya terdapat
aktivitas-aktivitas yang dapat mendukung tumbuh kembangnya kepribadian siswa,
seiring dengan berkembangnya nilai-nilai karakter yang ada dalam diri siswa
saat belajar matematika. Nilai-nilai yang dibelajarkan kepada siswa di kelas
sedapat mungkin juga mencakup nilai-nilai yang berkembang di masyarakat secara
umum. Misalnya, melalui aktivitas diskusi, siswa dilatih untuk menghargai dan
mengkritisi pendapat orang lain, menghargai kesepakatan, dan berlatih
mengemukakan pendapat dengan argumentasi yang kuat. Nilai-nilai ini sebenarnya
merupakan bagian kompetensi sikap yang harus dicapai siswa sesuai dengan
tuntutan dalam kompetensi inti pertama dan kedua (sikap spritual dan sosial).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar